Dia adalah seorang kakak
senior di kampus. Dia adalah pemimpin ku di departemen di organisasi dimana aku
berada. Maaf kalau aku menyebutnya dengan kata “dia”, bukannya tidak menghargai
atau tidak sopan, tapi hanya tidak terbiasa untuk menyebutnya “beliau”,
terkesan tua. Hehehe
Dia adalah sesosok wanita yang
aku ketahui hampir sempurna di kehidupannya. Pandai secara akademis dan social,
disukai banyak orang, banyak prestasi secara akademis dan organisasi, menebar
banyak manfaat bagi orang disekitarnya, dan yang pasti bisa menjadi kebanggaan bagi
orang yang mengenalnya. Dia memiliki wibawa yang luar biasa. Begitulah aku
mengenalnya secara umum.
Tetapi, semenjak dia menjadi ‘bos’
ku, aku belum bisa menjalin chemistry
dengannya. Seharusnya, aku memiliki keterikatan yang kuat dengannya karena aku
harus bekerja sama dengannya untuk menjalankan proker-proker kami bersama-sama.
Hal ini semakin menjadi parah,
ketika ia menjadi ‘orang penting’ di kampus dengan segudang aktivitas yang
harus dilakukannya dan harus menjalankan PPL sehingga semakin jarang kami
bertemu. Oke, sebagai bawahan, aku paham dengan kondisinya yang tidak bisa
selalu bersama kami. Tapi aku juga tidak bisa diam dengan amanah yang harus
dikerjakan. Amanah ini tetap harus berjalan.
Aku ga paham dengan apa yang
dipikirkannya ketika kami berdiskusi tentang amanah yang sempat berhenti karena
ketiadaannya di sisi kami untuk sementara waktu. Dia diam. Aku bingung dengan
diamnya. Di satu sisi aku berpikir, mungkin dia sedang memikirkan berbagai
kemungkinan yang akan terjadi apabila kami melaksanakan amanah tersebut dan
bagaimana merealisasikannya agar tujuan dari pekerjaan itu dapat tersampaikan
dengan baik. Di sisi lain aku berpikir, apa ia sempat memikirkan pekerjaan ini
di tengah kesibukannya yang menumpuk, apakah terbersit dalam hatinya untuk
meninggalkan kami dalam amanah ini. Tentu pikiranku yang kedua tidak mungkin ia
lakukan. Tapi aku ga tau, dan mungkin ga ada yang tau selain dia dan Allah. Dan
mungkin, bukan kedua hal itu yang ia pikirkan.
Aku ingin seperti teman-teman
yang mengemban amanah dalam organisasi yang bisa dekat dengan ‘bos’ mereka
masing-masing. Aku ingin, menikmati amanah ini disaat suka maupun duka
bersamanya dan juga bersama teman-teman satu departemenku.
Mungkin memang, aku bukanlah
orang yang pandai untuk mengkomunikasikan apa yang aku rasakan. Seringkali
orang salah paham dengan apa yang aku maksudkan. Pun ketika ‘bos’ ku membaca
tulisan ini, ada kemungkinan timbul kesalahpahaman itu.
Aku turut bangga dengan apa
yang telah ia capai. Aku juga mendukung apa yang dilakukannya. Aku pun berdoa
agar apa yang dilakukannya mendapat berkah dari Allah.
Tapi taukah dia, bahwa aku,
dan mungkin teman-temanku di departemen itu, bingung dengan dirinya. Aku, dan
mungkin kami, ingin agar dia mengkomunikasikan semua dengan jelas. Mungkin aku
yang terlalu bodoh untuk tidak memahaminya, tapi aku tetap berusaha untuk
memahaminya.
Semoga maksud dari tulisan ini
tersampaikan. Maaf jika hati mu terluka oleh tulisan ini.
Teruntuk my Boss, ka Ervina
Maulida – Kepala Departemen Learning Centre – BSO Al Iqtishodi ^_^